Jika kita membayangkan Indonesia pada tahun 2045, di usia 100 tahun kemerdekaannya, tentu yang kita harapkan adalah sebuah bangsa yang kuat, sejahtera, dan berdaya saing global. Namun, semua cita-cita itu akan sulit tercapai tanpa generasi muda yang sehat jasmani dan rohani, cerdas, dan terlindungi. Karena itu, membicarakan tentang masa depan bangsa berarti membicarakan tentang anak-anak …
Jika kita membayangkan Indonesia pada tahun 2045, di usia 100 tahun kemerdekaannya, tentu yang kita harapkan adalah sebuah bangsa yang kuat, sejahtera, dan berdaya saing global. Namun, semua cita-cita itu akan sulit tercapai tanpa generasi muda yang sehat jasmani dan rohani, cerdas, dan terlindungi. Karena itu, membicarakan tentang masa depan bangsa berarti membicarakan tentang anak-anak hari ini.

Stunting: Ancaman Tersembunyi bagi Generasi
Salah satu ancaman terbesar bagi kualitas generasi mendatang adalah stunting. Banyak yang mengira stunting hanya masalah tinggi badan, padahal sesungguhnya lebih dalam: ia menghambat perkembangan otak, melemahkan daya tahan tubuh, dan menurunkan kapasitas intelektual anak. Data terbaru menunjukkan hampir 20% anak Indonesia masih mengalami stunting. Angka ini bukan sekadar statistik; ia adalah peringatan tentang bagaimana kita sedang menyiapkan atau justru merusak masa depan bangsa.
Masa Emas yang Tak Boleh Hilang
Pencegahannya sesederhana sekaligus serumit itu: dimulai dari gizi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif, makanan pendamping yang tepat, sanitasi sehat, hingga pola asuh yang penuh kasih. Masa 0–5 tahun adalah periode emas, di mana 80% perkembangan otak terjadi. Terlambat memberikan dukungan di usia ini bisa berarti kehilangan potensi seumur hidup. Maka, setiap sendok makanan bergizi, setiap imunisasi, setiap pelukan hangat orang tua. Semua adalah investasi jangka panjang bagi Indonesia.
Masa emas ini bukan hanya soal fisik dan nutrisi, tetapi juga soal stimulasi mental dan emosional. Setiap pelukan, cerita sebelum tidur, permainan sederhana, bahkan respon orang tua terhadap tangisan anak akan membentuk rasa aman sekaligus kecerdasan emosional mereka. Dengan kata lain, investasi terbesar pada anak bukan hanya pada makanan bergizi, tetapi juga pada kehadiran dan perhatian orang tua di setiap detik pertumbuhan mereka.
Menggali Minat dan Bakat Anak
Namun, persoalan generasi bukan hanya soal gizi. Anak juga perlu tumbuh di lingkungan keluarga yang mendukung potensi unik mereka. Setiap anak memiliki minat dan bakat yang berbeda; ada yang cemerlang di musik, ada yang tangguh di olahraga, ada pula yang tenang tapi penuh ide dalam menulis. Tugas orang tua bukan memaksa anak menjadi seperti “standar sukses” yang kita buat-buat, melainkan menemani mereka menemukan jalan mereka sendiri. Observasi yang sabar, apresiasi atas proses, dan keberanian membiarkan anak mencoba (dan gagal) adalah kunci.
Tantangan Digital: Antara Peluang dan Bahaya
Di era digital, tantangan baru hadir. Dunia maya bisa menjadi ruang belajar tanpa batas, tapi juga medan berbahaya: cyberbullying, pelecehan online, hingga eksploitasi digital. Anak-anak yang dibiarkan menjelajah sendirian akan mudah tersesat. Karena itu, keluarga perlu hadir bukan hanya sebagai pengawas, tetapi juga mitra dialog. Kontrak digital keluarga, kesepakatan waktu penggunaan gawai, dan edukasi tentang privasi menjadi bentuk nyata perlindungan. Orang tua pun dituntut melek digital, karena mustahil mendampingi anak di dunia yang bahkan tidak kita pahami.
Indonesia Emas Dimulai dari Rumah
Pada akhirnya, membangun “Anak Indonesia Hebat” adalah kerja bersama. Tidak cukup hanya pemerintah dengan kebijakannya, atau sekolah dengan kurikulumnya. Keluarga, masyarakat, organisasi, hingga komunitas keagamaan, semuanya punya peran. Indonesia Emas 2045 bukan sekadar slogan, melainkan janji yang harus ditepati, dan janji itu ditulis hari ini, lewat tubuh-tubuh kecil yang kita rawat, otak-otak muda yang kita stimulasi, dan jiwa-jiwa polos yang kita lindungi.
Webinar Muslimah ABI: Mempersiapkan Anak Indonesia Hebat Menuju Indonesia Emas 2045

Untuk itu, dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2025, Bidang Perempuan, Anak, dan Keluarga Pimnas Muslimah ABI menyelenggarakan webinar bertajuk “Anak Indonesia Hebat, Indonesia Kuat, Menuju Indonesia Emas 2045” pada Jumat, 25 Juli 2025 melalui platform Zoom Meeting. Acara ini menghadirkan dua narasumber utama: Dr. Ir. Pribudiarta Nur Sitepu, M.M., Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kementerian PPPA RI, serta Bernianti Lingga Sari, M.Psi, Konselor Layanan Konseling Muslimah ABI sekaligus konselor remaja.
Webinar ini berfokus pada dua pilar utama dalam menyiapkan generasi emas Indonesia: pencegahan stunting sebagai investasi kesehatan jangka panjang, dan pendampingan keluarga dalam pengembangan potensi anak sekaligus perlindungannya di dunia digital.
Link rekaman Webinar bisa diakses di sini: